• 34Âșc, Sunny

FAKTOR PENYEBAB GANGGUAN KOGNISI PADA ANAK

Nasional
2016-05-08 16:28:04 Dibaca (55)

Usia balita, anak-anak pada umumnya aktif mengutarakan pertanyaan kepada orangtua atau saudaranya yang lebih tua. Namun, ada kalanya, anak di usia tersebut justru lebih banyak diam. Bagi orangtua yang anaknya seperti ini, sebaiknya jangan didiamkan karena bisa jadi si anak mengalami gangguan dari aspek Kognisi. Dikatakan salah satu psikolog di Palembang, Muhammad Uyun, ada dua faktor yang menyebabkan anak lebih banyak diam saat usia mereka ada di kisaran dua hingga lima tahun. Kedua aspek itu dinamakan aspek verbal dan aspek Kognisi. Dari dua aspek itu, aspek Kognisi lebih sulit diatasi karena faktor penyebabnya bisa datang dari banyak sebab. Kalau aspek verbal, ini masih wajar karena ada kalanya si anak kesulitan mengutarakan apa yang ia pikirkan di dalam otaknya. Biasanya, anak akan menyampaikan lewat gerakan jika mengalami gangguan di aspek ini, kata Uyun, belum lama ini. Namun, Uyun mengatakan, orangtua sebaiknya segera ambil sikap apabila anaknya lebih banyak diam. Bisa jadi, aspek verbal tersebut hanya salah satu gejala si anak mengalami gangguang dalam aspek Kognisi. Salah satu solusinya adalah membawa anak ke tangan seorang psikolog anak sehingga bisa diketahui solusi yang tepat menangani si anak yang banyak diam tersebut. Aspek Kognisi, lanjut Uyun, bisa disebakan adanya keturunan orangtua. Mungkin, orangtua si anak memang memiliki karakter pendiam dan menurun ke anaknya. Si anak bisa berubah karakternya jika di lingkungannya banyak yang aktif berbicara. Misal, orangtua yang aktif memberikan pertanyaan kepada si anak sehingga lambat laun si anak akan mulai aktif bebicara. Sebab lain dari aspek Kognisi, masih kata Uyun, adalah pola makan si anak yang salah. Si anak keseharianya kurang mendapat asupan makanan bergizi. Padahal, makanan-makanan inilah yang memicu daya tangkap anak. Sebab itu, anak-anak yang tinggal di lingkungan kotor atau tidak teratur berpotensi lebih banyak diam dalam berkomunikasi. Andai pun mendapat gizi yang baik, Uyun menjamin, si anak bisa terkontaminasi dengan lingkungan yang kesehatanya tidak bagus. Sebab itu, orangtua haruslah benar-benar memastikan kesehatan lingkungan tempat si anaknya berada atau bermain. Pola makan juga bisa disebabkan oleh si ibu saat mengandung. Mungkin si ibu tidak menyantap makanan yang sehat, atau bahkan memiliki kebiasan buruk seperti merokok dan sebagainya, kata dosen di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Palembang ini. Ketidakmampuan si anak untuk berbicara, jelas Uyun, bukan berarti si anak tidak memiliki sesuatu yang ingin ia utarakan. Si anak ini tetap memiliki rasa penasaran akan hal-hal baru yang ia lihat di sekelilingnya. Penasaran ini ia simpan di dalam otaknya. Anak yang normal, hal-hal yang tersimpan di otak akan disampaikan dengan ucapan. "Tetapi, bagi anak yang mengalami gangguan dari aspek Kognisi, ia akan kesulitan mengutarakan lewat ucapan dan menunjukkanya lewat tingkah laku, kata Uyun.

 

Opr PID Bid Humas

Bantuan Polisi

Survey

Bagaimana Pelayanan Kepolisian Daerah Sumsel ? ...
Sangat Puas
Puas
     Lihat hasil poling